Semua Demi Perut

Hari masih pagi benar. Matahari belum lagi menampakkan sinarnya. Di kejauhan nampak seseorang berjalan bergegas sambil membawa kampak. Pak Kyai, demikian, orang ini biasa disapa, bermaksud menebang sebuah pohon yang dianggap keramat oleh penduduk desanya. Ia terusik menyaksikan hampir tiap hari orang mengunjungi pohon itu untuk berdoa sambil membawa sesajen. "Pohon ini harus dimusnahkan. Masyarakat harus diselamatkan dari kemusyrikan," begitu pikirnya.

Tiba-tiba ia dikejutkan oleh hardikan seorang kakek, "Hai Kyai! Langkahi dulu mayatku sebelum kau tumbangkan pohonku ini!" Kyai tak gentar. Merekapun langsung baku hantam dan ternyata Kyai jauh lebih unggul. Tinggal sekali pukul lagi si kakek akan tewas. Namun di saat yang kritis itu kakek berteriak, "Ampun Kyai. Aku menyerah, namun sebelum engkau membunuhku, ijinkan aku menyampaikan permintaan terakhir!"

"Kau orang yang baik tapi amat miskin," ujar kakek terengah-engah. "Karena itu aku ingin menawarkan win-win solution padamu. Selesai shalat Subuh besok, kau akan menemukan uang 1 juta di depan rumahmu. Aku akan menyediakannya tiap hari. Dengan uang itu kau akan lebih tenang beribadah karena kehidupanmu sudah terjamin. Kaupun akan dapat membantu fakir miskin."

Kyai setuju. Dan benar saja, selama 3 hari berturut-turut ia menemukan uang 1 juta di pintu rumahnya. Namun di hari keempat uang itu tak ada. Kyai sadar telah ditipu. Segera ia mengambil kampaknya dan mendatangi kakek penunggu pohon tersebut.

Perkelahianpun tak dapat dihindari. Namun kali ini posisinya terbalik. Pak Kyai malah tersudut. Tinggal sekali cekik ia akan tewas. Di saat terakhir Kyaipun bertanya, "Hai kakek tua, mengapa aku kalah hari ini, padahal sebelumnya aku begitu mudah mengalahkanmu?" Setan berwajah kakek itu tersenyum menyeringai, "Kau unggul waktu itu karena niatmu tulus. Tapi sekarang keikhlasanmu sudah tak ada. Kau bermaksud menebang pohon ini karena tak mendapat uang 1 juta bukan?.

Cerita diatas sebenarnya sering kita alami sehari-hari. Ada banyak stimuli yang sering membelokkan motivasi kita. Secara kasat mata, perbuatan yang kita lakukan mungkin masih sama, seperti halnya Kyai yang menebang pohon. Tapi motivasinya mungkin sudah berbeda. Toh tak ada yang tahu kecuali kita sendiri. Perubahan motivasi inilah yang sebenarnya amat menentukan kualitas perbuatan kita.

Setiap perbuatan pasti didasari oleh motivasi tertentu. Teori-teori dasar dalam SDM semuanya adalah mengenai motivasi, mulai dari Teori Kebutuhan Maslow, Teori Keadilan, Teori Harapan dsb. Benang merah dari semua teori tersebut adalah: Tak mungkin ada perbuatan yang terjadi begitu saja tanpa dilandasi motivasi apapun.

Teori motivasi terpopuler adalah teori kebutuhan. Kebutuhanlah yang mendasari tindakan kita. Ada 4 jenis manusia berdasarkan kebutuhannya. Jenis manusia pertama adalah Manusia Perut dan di bawah perut. Sesuai dengan letaknya dalam tubuh, ini menunjukkan kualitas kemanusiaan terbawah. Manusia seperti ini hidup semata-mata untuk perutnya. Inilah manusia UUD, ujung-ujungnya duit. Orang seperti ini orientasinya adalah harta, tahta dan wanita. Bahasa kerennya, economic animal atau political animal.

Jenis kedua, naik ke atas sedikit, adalah Manusia Hati. Orang ini memiliki kebutuhan sosial emosional yang tinggi, ia butuh bergaul dan memiliki banyak kawan. Ketiga, Manusia Otak. Inilah manusia yang rasional dan memiliki kebutuhan belajar yang tinggi. Keempat, Manusia Spiritual. Inilah manusia paripurna yang senantiasa mencari makna terhadap apapun yang dikerjakannya.

Sekarang, manusia macam apakah Anda? Bagaimana dengan para pemimpin kita? Ambillah beberapa contoh. Mengapa Andi Ghalib bergabung dengan PPP? Apakah untuk mencari posisi atau ia sungguh-sungguh insyaf dan bertobat? Mengapa Hamzah Haz dan Zainudin MZ berselisih mengenai 2003 atau 2004? Karena kepentingan umat ataukah sekedar mencari kekuasaan? Mengapa Mega mengijinkan Akbar menjadi tersangka? Apakah benar untuk memberantas KKN ataukah sekedar untuk meningkatkan citra Mega yang merosot karena mengutus suaminya ke Cina maupun pestanya yang mewah di Bali? Mengapa pula Golkar tiba-tiba menjadi "galak" terhadap pemerintah?.

Hanya mereka sendirilah yang tahu jawabannya. Namun pada akhirnya motivasi mereka akan terbuka. Contohnya adalah Bulogate I dan II. Coba perhatikan PKB dan Golkar. Keduanya sekarang bertukar posisi 100%. Dulu PKB bilang Pansus tak perlu, Gus Dur tak perlu mundur dst, dsb. Sekarang untuk kasus yang sama posisi PKB adalah sebaliknya. Dan ajaibnya semua argumentasi PKB dulu, kini menjadi argumentasi Golkar.

Pada akhirnya rakyatlah yang akan menilai motivasi dan ketulusan para pemimpin. Stephen Covey pernah mengatakan "Siapa Anda mengkomunikasikan jauh lebih banyak dari apa yang Anda katakan atau lakukan." Para pemimpin perlu tahu, bahwa tak sulit untuk menduga motivasi mereka yang sebenarnya. Rakyat dapat merasakan apakah mereka berjuang demi orang banyak atau demi perut mereka sendiri.

Arvan Pradiansyah adalah Dosen FISIP UI & Pengamat Manajemen SDM

No comments:

Post a Comment

Komentar