Khutbah Nabi Menyambut Ramadhan
"Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain."
"Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya."
"Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala separti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang."
Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, "Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu."
"Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka."
"Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya."
"Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka."
"Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga." (HR. Ibnu Huzaimah).
Marhaban ya Syahra Mubarak
Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda:
Mereka hidup di dunia ini dalam keadaan kosong. Jiwanya dikuasai nafsunya, menghalalkan segala cara, dan dihari kiamat nanti mereka mendapat balasan yang setimpal. "Demikian itu bersenang-senang di bumi tanpa haq dan mereka sombong".(QS Ghofir 75) Sementara filsafat spiritualisme yang didasarkan pada kerahiban, berpandangan bahwa pengabdian kepada Tuhan harus menekan naluri seks mengikis habis pendorong-pendorongnya dan mematikannya yang juga diatasi dengan mengurangi makan. Dengan kata lain mereka masuk dalam kancah peperangan melawan jasad manusiawinya. Filsafat ini dilakukan oleh gereja sejak dahulu kala.
Ia membolehkan manusia makan dengan catatan dalam batas kewajaran dan kehormatan. "Makanlah dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tidak diiringi kesombongan".(HR Bikhari)
Demikian juga halnya kebudayaan. Kebudayaan yang memegang kendali alam sekarang ini telah melupakan Tuhannya, melalaikan haknya. Dunia ini tidak memiliki kebudayaan yang mengakui ruhani dan jasmani, berorientasi dunia dan akherat dan menentukan hak-hak manusia disamping hak-hak Allah -kebudayaan Islam-.
Kita Bukan Angka
Bangun pagi sekali disambung berkemas menyiapkan diri lalu segera beranjak ke tempat kerja. Beginilah irama pembuka kebanyakan dari kita pada Senin sampai Jum'at atau hingga Sabtu bagi sebagian dari kita.
Sementara Minggu berbeda iramanya, karena hari itu kita jadikan untuk aktivitas bersama-sama keluarga. Bukan hari untuk tempat di mana masing-masing kita bekerja.
Irama itu kelihatan sederhana dan telah berlangsung lama, bahkan tatkala kita kanak-kanak pun sudah melihat orang tua di rumah juga menjalankannya. Mekanis sekali. Namun sungguh nilainya luar biasa karena itu wujud kita bertanggung jawab pada kehidupan sendiri dan keluarga sekarang dan demi masa depan.
Uniknya, kendati yang kita lakukan saat pagi di rumah hampir sama, alasannya lain-lain. Ada yang mengaku karena kantornya menetapkan jam kerja mulai pukul 07.30 dan barang siapa terlambat maka gajinya nanti dikurangi. Ada pula yang bilang kalau sedang mengejar promosi agar memperoleh tambahan fasilitas perusahaan.
Anda pun pasti punya alasan tersediri. Misalnya, lantaran bos Anda galak dan kerap membutuhkan bantuan sewaktu-waktu. Atau, sebaliknya karena atasan Anda begitu baik dan sedang dipandang sehingga ingin cepat berjumpa.
Apapun alasan Anda, giat bekerja boleh-boleh saja dan manusiawi. Sayangnya, segala pandangan tentang kerja itu tidak perlu bagi manajemen tempat kita bekerja. Sebab, ternyata banyak manajemen memandang orang-orang bekerja padanya sebagai salah satu dari sekian faktor yang dilihat dengan angka-angka.
Hal pertama yang dilakukan di tempat kerja adalah mengisi absen, di mana nama setiap orang ditandai dengan nomor tertentu. Kemudian memulai kerja sesuai ruang tangung jawab masing-masing, yang sesungguhnya adalah untuk mencapai target dan mesti menyelesaikannya pada rentang waktu tertentu. Ujung-ujungnya pada tanggal yang ditetapkan Anda menerima gaji, honor atau apapun namanya.
Semua itu ditunjukkan dengan angka. Nyatanya kita memang dinyatakan dengan angka. Kita ini manusia yang dikenali dan mengenali satu sama lain sebagai angka atau nomor. Pada KTP begitu, SIM, alamat dan telepon sampai rekening bank dan banyak lagi tertera angka khusus untuk setiap nama.
Akankah begitu seterusnya? Entah, dan memang bukan itu yang hendak dikemukakan di sini. Anda pasti senang jika ada masanya orang lain memandang Anda bukan sebagai faktor apalagi sekadar sebaris angka. Sebaliknya begitu pun Anda terhadap sekeliling.
Ramadhan sebentar lagi datang. Bulan puasa menjadi waktu bagi kita menghapuskan batasan atau jarak angka-angka tadi. Setiap kali bulan suci datang suasana tempat bekerja terasa lain, kendati yang dikerjakan sama saja. Hanya suasana atau nuansa yang terasa berbeda.
Sesederhana itu. Tapi, justru itulah yang dapat kita manfaatkan untuk membangun hubungan satu sama lain menjadi lebih dekat, akrab, intim, dan lebih bermakna. Selain bekerja guna memenuhi target masing-masing, secara bersama-sama melakukan puasa dalam rangka ibadah.
Jadi, amat pantas jika peristiwa puasa betul-betul dimanfaatkan manajemen untuk membina sumber daya manusia (SDM). Elok sekali bagi manajemen bila dapat sejenak memandang orang-orang di dalamnya lebih luas. Maksudnya, yang tidak terlihat dari laporan di atas kertas dan varibel angka-angka.
Dengan kata lain, saling memberi penghargaan dan pengakuan dengan tulus. Seperti banyak cerita bahwa tepukan di bahu tanda salut atau terima kasih bagi seseorang lebih memuaskan dan makin memotivasi ketimbang perolehan uang.
Seorang teman baru saja pindah ke tempat kerja baru. Sepintas dia seperti menurunkan 'derajat'-nya dari perusahan multinasional yang berkantor di gedung tinggi ke perusahaan baru yang berkantor di rumah. ''Soal berapa (gaji) yang saya dapat sama saja dan yang dilakukan juga sama. Tapi di sini lebih nyaman karena ada keterbukaan dan kekeluargaan sekali. Saya lebih kreatif dan diakui,'' katanya.
Pengalaman teman tadi merupakan kenyataan lain alasan orang giat pergi ke tempat kerja dan bekerja. Yakni, karena suasana yang nyaman dengan hati maupun karakter. Atau, seperti kata yang lain bahwa membangun jalinan kerjasama bisnis tak cukup dengan kesamaan minta pada jenis usahanya apalagi seberapa besar perolehan yang akan diraih.
Tetapi, dia menyebut harus ada kecocokan secara chemistry atau kimiawi. ''Kalau semua 'angka' sudah cocok tapi chemistry kita tidak nyambung, ya tetap sulit untuk hubungan yang langgeng,'' katanya.
Karena itu, ada baiknnya saat puasa yang sebentar lagi datang kita manfaatkan betul untuk memperoleh chemistry dan hubungan dengan hati itu. Sebab, hasilnya juga menunjang kinerja dalam pekerjaan di hari-hari mendatang.
Oleh: Mien R. Uno, Lembaga Pendidikan DUTA BANGSA Empower Yourself *)
Semua Demi Perut
Hari masih pagi benar. Matahari belum lagi menampakkan sinarnya. Di kejauhan nampak seseorang berjalan bergegas sambil membawa kampak. Pak Kyai, demikian, orang ini biasa disapa, bermaksud menebang sebuah pohon yang dianggap keramat oleh penduduk desanya. Ia terusik menyaksikan hampir tiap hari orang mengunjungi pohon itu untuk berdoa sambil membawa sesajen. "Pohon ini harus dimusnahkan. Masyarakat harus diselamatkan dari kemusyrikan," begitu pikirnya.
Tiba-tiba ia dikejutkan oleh hardikan seorang kakek, "Hai Kyai! Langkahi dulu mayatku sebelum kau tumbangkan pohonku ini!" Kyai tak gentar. Merekapun langsung baku hantam dan ternyata Kyai jauh lebih unggul. Tinggal sekali pukul lagi si kakek akan tewas. Namun di saat yang kritis itu kakek berteriak, "Ampun Kyai. Aku menyerah, namun sebelum engkau membunuhku, ijinkan aku menyampaikan permintaan terakhir!"
"Kau orang yang baik tapi amat miskin," ujar kakek terengah-engah. "Karena itu aku ingin menawarkan win-win solution padamu. Selesai shalat Subuh besok, kau akan menemukan uang 1 juta di depan rumahmu. Aku akan menyediakannya tiap hari. Dengan uang itu kau akan lebih tenang beribadah karena kehidupanmu sudah terjamin. Kaupun akan dapat membantu fakir miskin."
Kyai setuju. Dan benar saja, selama 3 hari berturut-turut ia menemukan uang 1 juta di pintu rumahnya. Namun di hari keempat uang itu tak ada. Kyai sadar telah ditipu. Segera ia mengambil kampaknya dan mendatangi kakek penunggu pohon tersebut.
Perkelahianpun tak dapat dihindari. Namun kali ini posisinya terbalik. Pak Kyai malah tersudut. Tinggal sekali cekik ia akan tewas. Di saat terakhir Kyaipun bertanya, "Hai kakek tua, mengapa aku kalah hari ini, padahal sebelumnya aku begitu mudah mengalahkanmu?" Setan berwajah kakek itu tersenyum menyeringai, "Kau unggul waktu itu karena niatmu tulus. Tapi sekarang keikhlasanmu sudah tak ada. Kau bermaksud menebang pohon ini karena tak mendapat uang 1 juta bukan?.
Cerita diatas sebenarnya sering kita alami sehari-hari.
Setiap perbuatan pasti didasari oleh motivasi tertentu. Teori-teori dasar dalam SDM semuanya adalah mengenai motivasi, mulai dari Teori Kebutuhan Maslow, Teori Keadilan, Teori Harapan dsb. Benang merah dari semua teori tersebut adalah: Tak mungkin ada perbuatan yang terjadi begitu saja tanpa dilandasi motivasi apapun.
Teori motivasi terpopuler adalah teori kebutuhan. Kebutuhanlah yang mendasari tindakan kita.
Jenis kedua, naik ke atas sedikit, adalah Manusia Hati. Orang ini memiliki kebutuhan sosial emosional yang tinggi, ia butuh bergaul dan memiliki banyak kawan. Ketiga, Manusia Otak. Inilah manusia yang rasional dan memiliki kebutuhan belajar yang tinggi. Keempat, Manusia Spiritual. Inilah manusia paripurna yang senantiasa mencari makna terhadap apapun yang dikerjakannya.
Sekarang, manusia macam apakah Anda? Bagaimana dengan para pemimpin kita? Ambillah beberapa contoh. Mengapa Andi Ghalib bergabung dengan PPP? Apakah untuk mencari posisi atau ia sungguh-sungguh insyaf dan bertobat? Mengapa Hamzah Haz dan Zainudin MZ berselisih mengenai 2003 atau 2004? Karena kepentingan umat ataukah sekedar mencari kekuasaan? Mengapa Mega mengijinkan Akbar menjadi tersangka? Apakah benar untuk memberantas KKN ataukah sekedar untuk meningkatkan citra Mega yang merosot karena mengutus suaminya ke Cina maupun pestanya yang mewah di Bali? Mengapa pula Golkar tiba-tiba menjadi "galak" terhadap pemerintah?.
Hanya mereka sendirilah yang tahu jawabannya. Namun pada akhirnya motivasi mereka akan terbuka. Contohnya adalah Bulogate I dan II. Coba perhatikan PKB dan Golkar. Keduanya sekarang bertukar posisi 100%. Dulu PKB bilang Pansus tak perlu, Gus Dur tak perlu mundur dst, dsb. Sekarang untuk kasus yang sama posisi PKB adalah sebaliknya. Dan ajaibnya semua argumentasi PKB dulu, kini menjadi argumentasi Golkar.
Pada akhirnya rakyatlah yang akan menilai motivasi dan ketulusan para pemimpin. Stephen Covey pernah mengatakan "Siapa Anda mengkomunikasikan jauh lebih banyak dari apa yang Anda katakan atau lakukan." Para pemimpin perlu tahu, bahwa tak sulit untuk menduga motivasi mereka yang sebenarnya. Rakyat dapat merasakan apakah mereka berjuang demi orang banyak atau demi perut mereka sendiri.
Datangnya Generasi Bencana
Beberapa waktu lalu kita memiliki satu tokoh kanibal bernama Sumanto, kini ada seorang tokoh lainnya yang dijuluki Sumanti. Kasus Sumanti tak kalah seramnya dengan Sumanto. Sumanti dilaporkan agak terganggu jiwanya dan hamil di luar nikah. Tidak ada orang yang tahu kapan Sumanti melahirkan. Beberapa warga memergoki seorang bayi yang hangus terbakar di dekat kompor serta ditemukan pula potongan beberapa tulang berserakan di dekat tempat Sumanti tergeletak.
Belum lama berselang, seorang ibu di
Di televisi kita pun menyaksikan begitu banyak bayi-bayi kembar
Dampak kapitalisme
Gejala apakah ini? Bila selama ini kita tak kuasa menyaksikan bencana alam yang datang silih berganti, maka kini tiba saatnya bencana dalam dimensi lain siap menghadang. Itulah bencana dalam dimensi psikobiologis. Sejatinya, fenomena ini berawal dari semakin menggejalanya budaya kapitalisasi dan materialisme. Segala sesuatu kini diukur dengan uang dan kenyamanan. Uang menjelma menjadi tuhan baru. Karena itu, perilaku sebagian besar manusia pun berubah. Penganut
Fenomena ini mewujud dengan maraknya penggunaan bahan pengawet makanan ilegal, penyedap rasa melebihi takaran, penggundulan hutan, kabut asap, kecelakaan transportasi karena tingginya tingkat kelalaian operator dan rendahnya kualitas infrastruktur. Belum lagi ketidakpastian hukum, praktik korupsi dan budaya menyontek di sekolah serta perguruan tinggi, prostitusi, dan tentu saja praktik-praktik mutilasi harga diri.
Benang merah dari semua subfenomena itu adalah terjadinya pergeseran orientasi di mana tujuan hidup jadi lebih sederhana dan sementara. Hal ini diperparah dengan makin sengitnya perlombaan menuju tercapainya kesejahteraan melalui akses sumber keuangan. Padahal, pergeseran orientasi hidup untuk terus menghamba kepada uang akan melahirkan tekanan beruntun yang akan berakhir dengan depresi.
Pertanyaan berikutnya, mengapa kapitalisasi dapat mempengaruhi kualitas dan derajat kesehatan penduduk Indonesia? Mari kita bayangkan bila semua produsen consumers good serempak janjian dan secara serentak pula menaikkan harga yang mereka anggap pantas, maka kita semua akan tertekan karena faktor pemenuhan kebutuhan semakin sulit dicapai. Dalam kondisi seperti ini hormon cemas kita akan meningkat. Akibatnya sistem pertahanan tubuh pun akan menurun, sehingga kemungkinan mengalami kondisi sakit pun makin bertambah.
Kemungkinan lain adalah over eksploitasi sumber daya alam, hal ini terjadi karena tuntutan kebutuhan sebuah masyarakat konsumer yang pro kapitalis akan terus meningkat. Dampak yang terjadi adalah menurunnya daya dukung lingkungan, semakin bertambahnya upaya-upaya instan dan murah, serta berubahnya pola pengambilan keputusan. Akibat psikobiologis yang dapat teramati adalah banyaknya kelainan genetis yang diakibatkan oleh polutan, makanan yang kurang sehat, dan faktor stres internal.
Sebagian besar kasus-kasus psikobiologis yang terjadi hanyalah sepenggal dari proses panjang investasi bencana di masa yang lalu. Bayi-bayi cacat adalah bentuk pertanggungjawaban kita secara fardhu kifayah karena tidak berperan aktif dalam mengoptimalkan fungsi lingkungan, makanan dan gaya hidup. Meningkatnya persentase pengidap penyakit kelainan jiwa menjadi bagian integratif semua itu. Fenomena Sumanto-Sumanti dan lainnya adalah bagian dari bencana yang kita rancang, kerjakan, dan rasakan sendiri hasilnya. Ketidakpedulian kita selaku khalifah terhadap hal-hal di sekitar kita ternyata berbuah malapetaka.
Dampak media
Malapetaka terbesar yang kini harus kita hadapi adalah dampak media. Bila Riza meninggal karena di-smackdown, maka itu belum seberapa. Sesungguhnya dampak terbesar yang telah ditanamkan acara semacam itu adalah perubahan jaras pengambilan keputusan dan sistem asosiasi preferensi di benak kita. Mereka yang terbiasa mengedepankan lintas pro-adrenergik akan menjadi orang yang menggunakan pendekatan kekerasan, menghalalkan segala jalan, mencari cara termudah, sangat menyukai kesenangan, kenyamanan serta kenikmatan. Dengan kata lain generasi penonton smackdown ini akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi hedonis sejati. Kita akan lihat dampaknya 10 atau 20 tahun ke depan saat mereka sudah menjadi golongan pemimpin di berbagai tingkatan.
Lihatlah pengalaman pahit sejarah peradaban umat manusia sebelumnya. Bangsa Romawi menjelang kejatuhannya tergila-gila kepada acara gladiator yang menyabung manusia sampai tewas salah satunya. Lalu di malam-malam hari kota Roma akan menjadi ajang Caligula, pesta seks yang gila-gilaan mengumbar nafsu syahwat. Seiring budaya tersebut, kita pun melihat "kegilaan" lainnya. Eksploitasi kaum perempuan dan perbudakan sesama manusia marak di mana-mana.
Bencana psikobiologis dapat terjadi karena tayangan-tayangan tersebut seolah menjadi materi pembelajaran yang akan langsung diimitasi, direpilkasi, dan dikembangkan. Bahkan sebagian di antaranya diangkat menjadi memori jangka panjang yang sangat menentukan.
Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita akan dihisab berdasar aktifitas kita beserta dampaknya lengkap sampai proses turunan dan ikutannya. Para produser acara televisi, pemilik televisi, pelaku atau aktornya, pembawa acara, pegawai transmisi televisi, pemerintah, pengawas pertelevisian, dan tentu juga kita semua yang lalai dengan tidak saling mengingatkan akan dimintai pertanggungjawaban. Tauhid Nur Azhar
Mari Meraih Pahala dengan Al-Qur'an
"Barangsiapa yang membaca satu huruf Alquran, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan menjadi sepuluh kali lipat" (HR Tirmidzi)
Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menyatakan bahwa hadis ini berstatus hasan shahih. Tema utama yang diangkat adalah keutamaan membaca Alquran serta janji Allah SWT bagi orang yang melakukannya. Dalam hadis ini, Rasulullah SAW memotivasi para sahabat-dan kaum Muslimin umumnya-untuk selalu membaca Alquran.
Abdul Aziz Abdul Rauf mencatat empat urgensi membaca Alquran. Pertama, menjaga kesucian hati. Setiap jiwa cenderung kepada hal-hal yang melalaikan dari mengingat Allah SWT. Dengan membaca Alquran ia akan mendapat ketenangan jiwa dan petunjuk dari Allah, sehingga ia mampu menjaga fitrahnya.
Kedua, menambah simpanan pahala di sisi Allah. Sungguh sangat melimpah kebaikan bagi orang yang membaca Alquran. Satu huruf saja akan dibalas sepuluh. Ketiga, dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan amal saleh yang lain. Ada sebuah kaidah: Setiap amal saleh akan membawa pada amal saleh yang lain. Sebaliknya, setiap maksiat sekecil apapun akan membawa pada maksiat yang lain.
Keempat, Alquran akan menjadi pembela bagi pembacanya di akhirat. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat didatangkan Alquran dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Surat Albaqarah dan Ali Imron pun maju mendampingi dan membelanya (HR Muslim).
Dalam kenyataannya, kita sering mengalami kesulitan untuk istikamah membaca Alquran. Dengan berbagai alasan, lidah kita sangat jarang melantunkan ayat-ayat suci, kecuali yang dibaca pada waktu shalat. Ada beberapa hal yang menyebabkan kita tidak istikamah membaca Alquran. Pertama, menyepelekan saat sehari tidak membaca Alquran. Hal ini berdampak pada tidak adanya keinginan untuk segera kembali kepada Alquran. Kedua, lemahnya wawasan terhadap apa dan bagaimana Alquran tersebut, sehingga tidak termotivasi untuk bersungguh-sungguh dan istikamah membacanya. Ketiga, tidak memiliki waktu wajib bersama Alquran. Keempat, terpengaruh oleh lingkungan yang tidak memiliki perhatian terhadap Alquran. Dan kelima, tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Alquran.
Para sahabat merupakan model ideal dalam membaca Alquran. Kebanyakan mereka mengkhatamkan Alquran dalam satu bulan, ada juga yang mampu khatam hanya dalam satu minggu, bahkan ada yang khatam dalam jangka waktu tiga hari. Rasulullah SAW tidak menganjurkan para sahabat untuk khatam kurang dari tiga hari.
Membaca adalah langkah awal untuk menunaikan hak-hak Alquran. Menurut Hasan Al-Banna, ada tiga kewajiban yang harus ditunaikan seorang Muslim berkaitan dengan Alquran, yaitu memperbanyak membacanya dengan niat taqarrub kepada Allah; menjadikannya sumber hukum yang selalu dikaji serta dijadikan rujukan; dan menjadikannya sebagai sumber yang harus diterapkan dalam kehidupan.
Memang tidak cukup hanya sekadar membaca, harus ada upaya men-tadabburi (mengkaji dan memahami), menghafal dan mengamalkannya. Dengan cara ini, Alquran bisa menjadi hiasan hati, merasuk ke relung jiwa sehingga terpancarlah cahaya Alquran dari kepribadian kita. Dan itu tidak akan pernah terwujud kecuali kita memulainya dengan membaca. Wallahu a'lam
Pelatihan Life Skill
Sebagai bagian dari upaya peningkatan peran dan kiprah pesantren di tengah-tengah masyarakat, pada tanggal 6 Mei 2007 akan dilaksanakan Pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skill) di bidang Home Industry. Kegiatan yang bekerja sama dengan HMI MPO Cabang Bogor ini ditujukan untuk mereka-mereka yang putus sekolah, atau alumni-alumni yang belum mendapat kesempatan bekerja.
Hasil utama dari pelatihan ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap wirausaha di kalangan generasi, semangat untuk menciptakan lapangan kerja. Satu hal yang memang selama ini masih terhitung langka di kalangan generasi muda Indonesia.
Penyakit yang sejak tahun 1970-an telah melanda masyarakat sebagian besar dunia berkembang, yaitu penyakit yang sering diistilahkan dengan "Penyakit Diploma". Penyakit yang sekilas justeru tampak menggembirakan karena besarnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak bangsa, sehingga mereka menginginkan para generasi penerusnya memperoleh pendidikan yang tinggi. Namun di sisi lain, pendidikan yang dijalani telah terjerumus pada tujuan yang sempit dan sangat pragmatis, yakni "secarik Ijazah/sertifikat". Pendidikan ditujuan bukan untuk mencerdaskan dan mencerahkan diri, tapi untuk mencerahkan "kehidupan materi masa depan" dengan mengandalkan Ijazah dan sertifikat yang diraih.
Sebuah pola dan tujuan pendidikan yang pada gilirannya telah menyebabkan sebagian besar anak bangsa ini menjadi binaan-binaan pendidikan yang serba instant. Sekolah Indonesia untuk kemudian tidak lebih menjadi "pabrik-pabrik" yang memproduksi "buruh-buruh" siap suruh dan siap menderita dibawah kaki dan kekuasaan kapitalisme. Sekolah Indonesia telah kehilangan maknanya sebagai tempat untuk mencerahkan anak bangsa.
Life Skill (Keterampilan Hidup) adalah hal yang belum cukup terjamah di dunia pendidikan di negeri ini. Karena itulah, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi "sangat" bermanfaat, bukan semata-mata untuk menciptakan perbaikan sistem ekonomi para remaja putus sekolah atau pengangguran, tapi lebih jauh dan yang terpenting adalah untuk "mencerahkan" mereka menjadi manusia-manusia yang terampil dan memiliki mental kewirausahaan dan kemandirian.
Festival Al-Furqoniyah
A. | Tema Gali Potensi Raih Prestasi |
B. | Waktu dan Jenis Kegiatan Festival Marawis : Jumat, Festival Anak Sholeh : Sabtu, Bazar Pendidikan : Jum`at-Minggu, 27-29 April 2007 |
C. | Maksud dan Tujuan Memelihara dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah Memupuk semangat Fastabiqul Khairat Menggali dan mengembangkan potensi dan bakat siswa |
D. | Pendaftaran Waktu : 1 s/d Tempat : Sekretariat Panitia Festival Al-Furqoniyah 2007 Kp. Citugu Ds. Tugujaya Kec. Cigombong Bogor. Telp (0251) 220526-220556 Hotline : 08121113849 (Mahdar H.) 081386474658 (Ust. Latif) Biaya : - Stand Bazar : Rp 50.000/stand (ukuran 2x3 m) - Lomba perorangan : Rp 10.000 / peserta - Lomba group : Rp 25.000 / group |
E. | Technical Meeting Sabtu, |
F. | Ketentuan Kegiatan / Lomba 1. Festival Marawis - Peserta berasal dari Group Marawis yang berasal dari wilayah - Setiap group peserta terdiri dari 10-15 orang - Peserta membawakan satu lagu wajib (Annabi, Ana Habbaitak Versi Sholawat, Ya Nabi Salam) dan satu lagu pilihan - Menggunakan peralatan murni Marawis - Penilaian terdiri dari : Vokal, Variasi dan Harmonisasi, Performance, Kekompakan. 2. Dacil (Da’i Cilik) - Peserta berasal dari siswa/i setingkat SD/MI yang berasal dari wilayah Bogor dan sekitarnya. - Tema pidato : Meneladani Akhlak Nabi Muhammad Saw, Bencana dan Taubat, Taat Kepada Orang tua, Kewajiban Menuntut Ilmu. - Peserta diberi waktu 7-10 menit - Penilaian : Isi, Performance, Ekpresi, Intonasi, Penguasaan audiens. 3. Cerdas Cermat antar SD/MI - Peserta berasal dari siswa/i setingkat SD/MI yang berasal dari wilayah Bogor dan sekitarnya - Setiap group peserta terdiri dari 3 (tiga) orang putra maupun putri - Babak penyisihan akan dilaksanakan secara serentak dengan system jawaban tertulis. - Peserta babak Semifinal diambil dari 10 besar peserta pada babak penyisihan dan dilaksanakan secara serentak dengan system tertulis. - Peserta babak Final akan diambil dari 3 besar peserta yang lolos pada babak Smeifinal dan dilaksanakan dengan system jawaban lisan. - Materi pertanyaan meliputi : Pengetahuan Umum, Agama, dan Sain yang diambil dari kurikulum pelajaran setingkat MI/SD 4. Nasyid - Setiap group peserta terdiri dari 5-7 orang. - Setiap peserta membawakan satu lagu nasyid wajib (Jagalah hati, 25 Nabi, Sifat-sifat Nabi) dan satu nasyid bebas/pilihan - Peserta diperbolehkan meggunakan alat musik tabuh dan atau iringan musik yang telah direkam dalam bentuk CD/Kaset - Penilaian terdiri dari : Performance, Kekuatan Vocal, Harmonisasi dan Kekompakan. |
Syair ulama
Biarkan hari-hari itu melakukan apa saja,
Bertenaglah bila qada menjatuhkan hukuman,
Jangan tersentak dengan peristiwa duka malam hari,
Peristiwa di dunia ini sebenarnya tidak lama.
(Bait imam syafei)
Bukanlah insan bukan juga alim .. orang yang dirinya jahil sejarah
Sesiapa yang arif sejarah orang - orang terdahulu .. sesungguhnya ia telah menambah umur-umur mereka kepada umurnya
Ilmu adalahah sebaik apa yang dicapai tangan... begitu besar tangan (jasa) guru ku ke atasku.
Nyawaku taruhan bagi guruku, kerana dialah jernihnya kehidupanku.
Dialah merawatku daripada penyakit jahil... yang tiada dapat dilakukan oleh doktor yang agung.
Ilmu ibarat rumah dan guru umpama tangga.. dari mana lagi ingin ke rumah kalu tidak melalui tangganya ?
Maka ketahuilah hak seorang guru kerana dengan bantuannya dikau mengenali kebenaran ketika remaja.
Sebaik-baik teman berbual dan lepak-lepak itu ialah buku .. kau bersendirian bersamanya ketika sahabat-sahabatmu menjemuimu
Buku tidak membocorkan rahsia bila kau amanahkannya .. bahkan diperolehi darinya hikmah dan kebenaran
Belajar, sesungguhnya seseorang itu tidak dilahirkan alim,
dan tiadalah orang berilmu menyamai orang yang jahil.
Sesungguhnya pembesar kaum yang tiada ilmu,
menjadi kecil bila dikerumuni bala tenteranya (meminta pandangannya).
Seorang yang hina sekiranya berilmu,
ia menjadi besar bila dikerumuni oarang ramai (yang ingin belajar).
Dan janganlah nasib hanya berpada dengan apa yang ditinggal orang terdahulu
Kita kerap meyalahkan zaman ini, sedang keaiban sebenar adalah pada diri kita, tiada sebarang aib pada zaman kita, kecuali diri kita sendiri.
Kita kerap mencerca zaman ini tanpa jenayah dilakukannya.. kalau zaman tahu mengatur kata, tentulah ia mencaci kita kembali
Dunia kita adalah lakonan dan menunjuk-nunjuk..sebenarkan kita memperdaya Yang Maha melihat kita
Si serigala tiadalah pernah memakan daging rakannya .. sedangkan kita kerapkali makan daging semasa sendiri
Prestasi santri
No
|
Jenis Lomba
|
Penyelenggara
|
Tingkat
|
Thn
|
Prestasi
|
1
|
MTQ Tk. Anak-anak
|
LPTQ Nasional
|
Nasional
|
1979
|
Juara I
|
2
|
MTQ Tk. Dewasa
|
LPTQ Nasional
|
Nasional
|
1978
|
Juara I
|
3
|
MTQ Tk. Anak-anak
|
Internasional
|
1980
|
Juara I
| |
4
|
MTQ Tk. Dewasa
|
Malasyia
|
Internasional
|
1979
|
Babak Final
|
5
|
Cerdas Cermat
|
UNIDA
|
Jabotabek
|
1994
|
Juara III
|
6
|
Pidato Bhs. Indo
|
PB-Ikada DU
|
Jabotabek
|
2002
|
Juara I
|
7
|
Pidato Bhs. Indo
|
PPMT Kab.
|
Se-Bogor
|
2002
|
Juara I
|
8
|
Cerdas Cermat
|
PPMT Kab.
|
Se-Bogor
|
2002
|
Juara II
|
9
|
Pidato P4
|
Pemda Kab.
|
Kab.
|
1993
|
Juara II
|
10
|
MTQ
|
LPTQ Nasional
|
Nasional
|
1979
|
Juara I
|
11
|
Syarhil Qur'an
|
LPTQ Jabar
|
Propinsi
|
1992
|
Babak Final
|
12
|
MTQ
|
UNIDA
|
Jabotabek
|
1994
|
Juara I
|
13
|
MTQ
|
Dian FM
|
Jabotabek
|
2003
|
Juara II
|
14
|
Syarhil Qur'an
|
UNIDA
|
Jabotabek
|
1994
|
Juara I
|
15
|
Bahtsul Kutub
|
PPMT Kab.
|
Se-Bogor
|
2002
|
Juara II
|
16
|
Pidato Islam
|
UNIDA
|
Jabotabek
|
1994
|
Juara II
|
17
|
Pidato Islam
|
Dian FM
|
Jabotabek
|
2002
|
Juara I
|
18
|
Pidato Islam
|
KNPI kab.
|
Kab.
|
2001
|
Juara I
|
19
|
Karya Tulis AlQur'an
|
LPTQ Kab.
|
Kab.
|
2003
|
Juara I
|
20
|
Qasidah
|
Kodya Bogor
|
Se-Bogor
|
2002
|
Juara I
|
21
|
Pekan Kreatifitas Seni
|
PB-Ikada DU
|
Jabotabek
|
2002
|
Juara umum
|
22
|
Qasidah
|
PPMT Kab.
|
Se-Bogor
|
2002
|
Juara II
|
23
|
Marawis
|
KNPI kab.
|
Se-Bogor
|
2003
|
Juara I
|
24
|
Marawis
|
Blok M Plaza
|
Nasional
|
2002
|
Harapan II
|